#Pernikahan
Quotes about pernikahan
Pernikahan, a sacred union celebrated across cultures and traditions, represents the profound bond of love, commitment, and shared dreams between two individuals. It is a journey that intertwines lives, creating a tapestry of experiences, challenges, and triumphs. At its core, pernikahan embodies the essence of love and companionship, serving as a testament to the courage it takes to embark on a lifelong partnership. This union is often seen as a source of immense happiness, providing a foundation of support and understanding that enriches the lives of those involved.
People are naturally drawn to quotes about pernikahan because they encapsulate the beauty and complexity of this enduring commitment. These quotes offer wisdom, inspiration, and reflection, resonating with those who are about to embark on this journey or those who are already navigating its path. They serve as reminders of the promises made and the love that binds, offering solace and encouragement during both joyous and challenging times. Whether seeking to celebrate the joys of marriage or to find strength in its trials, quotes about pernikahan provide a timeless source of insight and connection, capturing the essence of what it means to share a life with another.
Pernikahan, keluarga, anak-anak yang sering kita lihat dan merupakan hal yang biasa saja, bisa jadi pada sebagian orang adalah sebuah kemewahan.
Pernikahan adalah satu-satunya keindahan yang bisa dituturkan manusia dari tiga peristiwa insani antara kelahiran-pernikahan-kematian, yang bisa dituturkan kepada generasi, adalah keindahan saat menjadi mempelai. Itu keindahan yang tak terlupakan. Maka, kalau ingin rumah tangga tetap utuh, sentosa, damai, ingatlah saat berada di pelaminan, menjadi mempelai, disalami ayah-bunda, kerabat, keluarga, dan handai-tolan.
Sejak itu dia paham bagaimana rasanya memiliki rahasia dalam pernikahan. Rahasia yang menimbulkan rasa bersalah dalam dirinya, sekaligus candu yang tak mudah dia tinggalkan.
Buat anak muda seusia gue, menikah adalah masalah menjaga kehormatan dan juga tentang kesiapan mental. Dan gue merasa punya mental untuk itu. Menundanya berarti merendahkan mental yang sejauh ini terbentuk. Selain itu, menikah, menurut pandangan Empat Mazhab Fiqih, menjadi wajib jika seseorang telah mampu dan senantiasa mengkhawatirkan dirinya akan terjerumus pada kemaksiatan.
Jangan pernah menikah hanya karena kebutuhan atau dipaksa oleh sistem. Menikahlah kau dengan laki-laki yang mampu memberimu ketenangan, cinta, dan kasih. Yakinkan dirimu bahwa kau memang memerlukan laki-laki itu dalam hidupmu. Kalau kau tak yakin, jangan coba-coba mengambil risiko.
Menikah, mungkin tidak akan pernah siap. Namun menjalaninya adalah belajar untuk menyempurnakan hidup.
Bagi perempuan, komitmen nggak lebih hanya sekadar penjamin rasa aman--iya, supaya kita nggak dimiliki orang lain. Sedang pernikahan adalah pemuas fantasi masa kecil mereka. Pernah dengar seperti apa perempuan bercerita tentang pernikahan impiannya? Gaun putih panjang, pernikahan penuh dekorasi indah dan bunga-bunga. Kita laki-laki hanya pelengkap fantasi sialan itu! Berdiri di sebelah mereka di pelaminan, tak ubahnya seperti backdrop buat mereka!
Aku percaya pada cinta. Aku hanya tidak ingin pernikahan justru menjadi batu sandungan.